Pemerintah Indonesia terus mendorong peralihan penggunaan kendaraan listrik sebagai salah satu langkah strategis untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai target net zero emission pada tahun 2060 atau lebih awal. Berbagai insentif dan subsidi telah diperkenalkan untuk mendukung adopsi kendaraan listrik, termasuk mobil dan motor ramah lingkungan. Salah satu kebijakan yang menjadi sorotan adalah pemberian subsidi sebesar Rp 7 juta untuk pembelian motor listrik.
Subsidi ini diharapkan dapat meningkatkan penetrasi pasar kendaraan roda dua bertenaga baterai di Indonesia. Namun, meskipun kebijakan ini telah diluncurkan, implementasinya masih belum sepenuhnya optimal. Banyak pelaku industri yang berharap subsidi ini dapat berlanjut dan diperkuat, terutama di era kepemimpinan Presiden Prabowo.
Rian Ernest, Sekretaris Jenderal Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), menyampaikan bahwa keberlanjutan program subsidi Rp 7 juta sangat penting bagi industri kendaraan listrik di Indonesia. Menurutnya, pelaku usaha dan publik telah terbiasa dengan sistem rembursement yang diterapkan, sehingga penghentian subsidi ini dapat mengganggu momentum pertumbuhan pasar kendaraan listrik.
“Publik sudah melihat dan merasakan manfaat dari insentif Rp 7 juta ini. Jika tiba-tiba dihentikan, momentum positif yang telah terbentuk bisa hilang,” ungkap Rian saat ditemui di The Energy Building beberapa waktu lalu.
Selain itu, Rian juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara industri dan pemerintah, khususnya dengan Kementerian Perindustrian serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Ia berharap bahwa program subsidi motor listrik ini akan terus dilanjutkan dan diperkuat di masa depan.
Tidak hanya berhenti pada subsidi, Rian juga mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan kebijakan lain yang dapat mendukung pertumbuhan industri kendaraan listrik. Salah satunya adalah dengan meningkatkan edukasi publik tentang manfaat kendaraan listrik, memperluas zona emisi rendah, dan mengevaluasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) seperti Pertalite.
“Jika sebagian subsidi Pertalite dialihkan ke industri kendaraan listrik, khususnya motor listrik, ini akan memberikan dampak yang lebih besar dalam mengurangi emisi serta mendorong pertumbuhan industri lokal,” tambahnya.
Peran Penting Indonesia dalam Era Kendaraan Listrik: Jangan Hanya Jadi Konsumen
Dalam upaya mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik, Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) telah menggelar acara tahunan AEML Knowledge Exchange Forum (AKEF) 2024. Dengan tema “Navigating The EV Ecosystem and Financing Innovations In Indonesia,” acara ini menjadi platform penting untuk pertukaran pengetahuan dan inovasi antara pemerintah, industri swasta, akademisi, serta mitra pembangunan dan lembaga keuangan.
Acara ini sejalan dengan pertumbuhan signifikan penjualan kendaraan listrik di Indonesia. Data menunjukkan peningkatan sebesar 262 persen untuk motor listrik, dari 17.198 unit pada tahun 2022 menjadi 62.409 unit pada tahun 2023. Sementara itu, penjualan mobil listrik juga mengalami kenaikan 43 persen, dari 8.562 unit pada tahun 2022 menjadi 12.248 unit pada tahun 2023.
Potensi besar yang dimiliki oleh kendaraan listrik di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh keunggulannya dalam mengurangi polusi udara, tetapi juga oleh peluang penghematan biaya bahan bakar yang lebih efisien. Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, menyatakan dukungannya terhadap forum diskusi industri seperti AKEF 2024 ini.
“Sebagai bagian dari rangkaian Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, hasil diskusi dari AEML Knowledge Exchange Forum juga akan menjadi masukan penting dalam mencapai target net zero emission di Indonesia,” jelas Rachmat dalam acara yang digelar di Soehanna Hall, Jakarta, Kamis (22/8/2024).
Dengan potensi yang besar dan dukungan dari berbagai pihak, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi konsumen dalam era kendaraan listrik, tetapi juga menjadi pemain kunci yang mampu berkontribusi signifikan terhadap perkembangan industri ini di tingkat global. Upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan visi ini