Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, menyatakan bahwa banyak negara di dunia mengagumi Pancasila. Pernyataan ini merujuk pada Presiden RI pertama, Soekarno, yang memperkenalkan Pancasila di forum internasional, termasuk Kongres Amerika Serikat dan Universitas Heidelberg, Jerman Barat.
Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB pada 30 September 1960, Soekarno mengenalkan Pancasila sebagai ideologi internasional yang memiliki nilai-nilai universal seperti ketuhanan, kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi, dan keadilan sosial. Pidato ini diakui UNESCO sebagai Memory of the World pada Mei 2023.
Pengakuan Dunia
Bambang menekankan bahwa Pancasila adalah dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang menyatukan kemajemukan dan menjadi sumber jati diri bangsa. Ia menekankan pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan nyata untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
“Pancasila sejak awal kelahirannya dimaksudkan sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa yang mempersatukan kemajemukan, dan menjadi sumber jati diri bangsa. Pancasila akan bermakna ketika nilai-nilainya hadir dalam tindakan nyata di tengah masyarakat. Tidak hanya sekadar menjadi hafalan belaka,” kata Bambang.
Usulan Pancasila dalam Piagam PBB
Dalam pidato di Sidang Umum PBB 1960, Bung Karno juga mengusulkan agar Pancasila dimasukkan ke dalam Piagam PBB. Usulan tersebut mendapat sambutan meriah dari para pemimpin dunia.
Pada 1961, pidato Soekarno di Sidang Umum PBB ditetapkan sebagai MoW (Memory of the World) bersama dengan arsip Gerakan Non-Blok Pertama di Belgrade, Yugoslavia (sekarang Serbia). Hal ini membuktikan pengakuan dunia atas Pancasila.